Kamis, 22 Oktober 2009

Guru Sekolah Minggu Penyokong Tegaknya Kekristenan di masa depan

Disadur : Pdt.Statistik Siahaan

1. Pendahuluan
Guru Sekolah Minggu yang betul-betul terpanggil dalam pelayanan SM biasanya akan merasa sangat puas jika bisa melayani dengan sepenuh hati dan semaksimal mungkin mengerahkan tenaga juga pikiran demi kemajuan Sekolah Minggu. Kesibukan guru Sekolah Minggu dalam pelayanan mereka membuat mereka tidak sadar bahwa dengan mendidik anak-anak Sekolah Minggu yang adalah generasi penerus gereja mereka sudah ikut berperan dalam pertumbuhan gereja dan kekristenan di masa depan. Berikut ini akan kita lihat peranan apa saja yang dapat diberikan guru Sekolah Minggu dalam meningkatkan pertumbuhan gereja.
Mendidik anak-anak Sekolah Minggu yang adalah generasi penerus merupakan cara pertumbuhan gereja yang terbaik. Ada tiga macam pertumbuhan gereja:
a. Pertumbuhan gereja secara transmigrasi, yaitu anggota gereja yang mutasi.
b. Pertumbuhan melalui penginjilan, yaitu pertambahan anggota gereja yang baru percaya dan bertobat.
c. Pertumbuhan secara alamiah, yaitu anak-anak anggota gereja yang sudah dididik sejak kecil dan kemudian menjadi umat percaya.
Dengan mendidik anak-anak Sekolah Minggu yang adalah generasi penerus akan dapat menjamin pertumbuhan gereja secara alamiah, dan ini adalah salah satu tugas dari guru Sekolah Minggu. Tetapi orangtua pun hendaknya memberikan kesempatan bagi generasi penerus untuk dapat bertumbuh dalam keluarga Kristen yang baik.
Sekolah Minggu hanya dapat bertahan kalau pengajar-pengajarnya adalah orang-orang yang berkepribadian kuat. Kalau guru-guru suka mementingkan diri sendiri atau kurang memiliki penglihatan (vision), maka ada kecenderungan bahwa ia hanya mau memajukan kelasnya sendiri dan lupa akan sumbangsih kelas itu dalam membantu gereja dan kekristenan di masa depan. Setiap guru wajib memajukan gereja dan kekristenan secara keseluruhan. Gereja dan Sekolah Minggu milik kita bersama. Kesetiaan kepada kelas memang baik, tetapi lakukanlah hal itu dengan maksud untuk memajukan Sekolah Minggu dan gereja serta kekristenan secara keseluruhan.
Pada kitab 1Timotius 4:12, "Jadilah teladan bagi orang-orang percaya," ini adalah nasihat yang paling tepat untuk para guru. Hal ini berarti bahwa guru memiliki tanggung jawab untuk menghadiri semua kebaktian lain yang diadakan di gereja. Hal itu bukan saja menjadi satu contoh bagi para murid, tetapi juga menjadi satu bagian yang penting dari makanan rohani guru itu sendiri. Dengan berpikir bahwa ia telah memenuhi kewajibannya hanya dengan mengajar Sekolah Minggu dan kemudian mengabaikan kebaktian-kebaktian lain, maka ia telah merusak pelayanan para guru yang lain. "Guru lebih diingat dari perbuatannya daripada perkataannya", merupakan suatu pernyataan yang benar. Suatu kesetiaan untuk mengunjungi kebaktian-kebaktian gereja membuktikan nilai yang sejati dari seorang guru. Jangan mengabaikan rumah Allah dan persekutuan ibadah!
Bila guru setia mengunjungi gereja, para murid juga akan mengikuti jejaknya dan menghadiri kebaktian. Para murid yang tidak dapat dimenangkan kepada Tuhan melalui Sekolah Minggu, mungkin dapat dimenangkan melalui kebaktian dalam gereja.
Seorang guru yang cakap akan mengetahui hubungan yang erat antara Sekolah Minggu dan program keseluruhan dari gereja dan ia dapat melihat sumbangan yang diberikan oleh setiap kebaktian bagi kesejahteraan rohani setiap orang. Dengan teladan Anda, doronglah setiap murid yang sudah diselamatkan untuk menjadi anggota gereja. Tidak ada persaingan antara bagian-bagian yang ada di dalam gereja. Anda tidak dapat memajukan Sekolah Minggu, mengesampingkan gereja, melalui menjauhkan diri dari pelayanan yang ada.


2. Sejarah Sekolah Minggu
Barulah pada abad 18, seorang wartawan Inggris bernama Robert Raikes, digerakkan oleh rasa cinta kepada anak-anak, membuat suatu gerakan yang akhirnya mendorong lahirnya pelayanan Sekolah Minggu.
Pada masa akhir abad 18, Inggris sedang dilanda suatu krisis ekonomi yang sangat parah. Setiap orang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, bahkan anak-anak dipaksa bekerja untuk bisa mendapatkan penghidupan yang layak. Pada saat itu, wartawan Robert Raikes mendapat tugas untuk meliput berita tentang anak- anak gelandangan di Gloucester bagi sebuah harian (koran) milik ayahnya. Apa yang dilihat Robert sangat memprihatinkan sebab anak- anak gelandangan itu harus bekerja dari hari Senin sampai Sabtu. Apa yang dilakukan anak-anak pada hari Minggu itu? Hari Minggu adalah satu-satunya hari libur bagi mereka yang dihabiskan untuk bersenang-senang. Tapi karena mereka tidak pernah mendapat pendidikan (karena tidak bersekolah), anak-anak itu menjadi sangat liar. Mereka minum-minum dan melakukan berbagai macam kenakalan dan kejahatan.
Melihat keadaan itu Robert Raikes bertekad untuk mengubah keadaan. Ia dengan beberapa teman mencoba melakukan pendekatan kepada anak- anak tersebut dengan mengundang mereka berkumpul di sebuah dapur milik Ibu Meredith di kota Scooty Alley. Selain mendapat makanan, di sana mereka juga diajarkan sopan santun termasuk membaca dan menulis. Tapi hal paling indah yang diterima anak-anak di situ adalah mereka mendapat kesempatan mendengar cerita-cerita Alkitab. Pada mulanya pelayanan ini sangat tidak mudah. Banyak anak yang datang dalam keadaan yang sangat kotor dan berbau. Namun, dengan cara mendidik yang disiplin, kadang dengan pukulan rotan yang dilakukan dengan penuh cinta kasih, anak-anak itu akhirnya belajar untuk mau dididik dengan baik, sehingga semakin lama semakin banyak anak yang datang ke dapur Ibu Meredith. Semakin banyak juga guru yang disewa untuk mengajar mereka, bukan hanya untuk belajar membaca dan menulis tapi juga Firman Tuhan; perjuangan yang sangat sulit tapi melegakan. Dalam waktu empat tahun sekolah yang diadakan pada hari Minggu itu semakin berkembang bahkan ke kota-kota lain di Inggris. Dan jumlah anak-anak yang datang ke sekolah hari minggu terhitung mencapai 250.000 anak di seluruh Inggris.
Mula-mula, gereja tidak mengakui kehadiran gerakan Sekolah Minggu yang dimulai oleh Robert Raikes ini. Tetapi karena kegigihannya menulis ke berbagai publikasi dan membagikan visi pelayanan anak ke masyarakat Kristen di Inggris, dan juga atas bantuan John Wesley (pendiri gereja Methodis), akhirnya kehadiran Sekolah Minggu diterima oleh gereja. Mula-mula hanya oleh gereja Methodis, namun akhirnya juga oleh gereja-gereja Protestan lain. Ketika Robert Raikes meninggal dunia tahun 1811, jumlah anak yang hadir di Sekolah Minggu di seluruh Inggris mencapai lebih dari 400.000 anak. Dari pelayanan anak ini, Inggris tidak hanya diselamatkan dari revolusi sosial, tapi juga diselamatkan dari generasi yang tidak mengenal Tuhan.
Gerakan Sekolah Minggu yang dimulai di Inggris ini akhirnya menjalar ke berbagai tempat di dunia, termasuk negara-negara Eropa lainnya dan ke Amerika. Dan dari para misionaris yang pergi melayani ke negara-negara Asia, akhirnya pelayanan anak melalui Sekolah Minggu juga hadir di Indonesia.

3. Menginjili dan memenangkan anak Sekolah Minggu.
Dengan menginjili dan memanangkan anak Sekolah Minggu, berarti ada juga kesempatan besar untuk memenangkan orangtuanya. Banyak kesaksian membuktikan bagaimana anak-anak mempengaruhi orangtuanya untuk percaya kepada Tuhan.
Ron Boldman adalah seorang pendeta dari "Calvary Chapel", salah satu gereja yang berkembang pesat di Amerika. Setelah menyelesaikan pendidikan teologi, Ron pergi memberitakan Injil dan mendirikan gereja; dari tahun ke tahun jumlah orang yang menghadiri kebaktian meningkat dengan pesat. Menurut catatan statistik, pada tahun 1973 jumlah orang yang menghadiri kebaktian rata-rata adalah 135 orang, sampai pada tahun 1977 jumlahnya telah meningkat mencapai rata-rata 1.325 orang. Pendeta yang dipakai secara besar-besaran oleh Tuhan itu, adalah hasil usaha dari Erick Boldman, yaitu anaknya yang berusia empat tahun, yang telah mengajak dan membawa Ron mengikuti "Sekolah Minggu untuk orang dewasa". Selain itu, masih banyak contoh serupa.
Berawal dari penginjilan guru Sekolah Minggu mereka, banyak anak yang berhasil mempengaruhi orangtua mereka yang mundur dan tawar hati untuk kembali mengasihi Tuhan dan masuk ke gereja.

4. Membina dan membimbing anak Sekolah Minggu.
Membina dan membimbing anak-anak Sekolah Minggu berarti juga membina pemimpin-pemimpin gereja di masa yang akan datang. Jikalau guru Sekolah Minggu berhasil membina kerohanian para generasi penerus itu dengan baik, berarti para guru telah melatih dan mempersiapkan mereka untuk gereja di masa yang akan datang; jadi hal itu merupakan suatu pekerjaan yang amat besar dan bernilai! Kualitas pemimpin gereja dan negara serta kesetiaan dalam iman di masa mendatang tergantung bagaimana para guru Sekolah Minggu membina dan membimbing mereka sekarang.


5. Pendidikan terhadap anak-anak Sekolah Minggu.
Pertumbuhan gereja dalam kualitas dan kuantitas tergantung pada pendidikan terhadap generasi penerus gereja, yaitu anak-anak Sekolah Minggu. Bila pendidikan terhadap generasi penerus diutamakan, gereja dapat mendirikan dasar yang baik bagi hakekat kerohanian jemaat. Mereka tidak mudah terbawa arus, selain itu juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dalam kuantitas. Bukankah kita harus menanggung pekerjaan yang sedemikian berharga dengan segala kerelaan hati? Ya! Kita harus mencurahkan seluruh tenaga dan kemampuan, berani berkorban dan membayar harga demi mendidik generasi penerus yang setia.

6. Panggilan Guru Sekolah Minggu untuk Melayani Anak
Sebagai pelayan Tuhan, kita telah dipanggil untuk ikut ambil bagian dalam membentuk anak-anak yang dipercayakan Tuhan kepada kita. Ini merupakan tanggung jawab yang sangat besar. Melalui kita, Tuhan ingin agar anak-anak ini mengenal Pencipta mereka; bertemu dengan Dia dan diubahkan menjadi ciptaan baru. Pelayanan anak atau Sekolah Minggu tidak semata-mata dibentuk untuk mendidik mereka menjadi anak-anak manis yang mempunyai sikap baik budi, berakhlak, integritas, setia pada Kristus sepanjang hidupnya. Utama mereka harus berjumpa secara pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus. Dan apa yang telah dimulai oleh-Nya, akan disempurnakan-Nya pula.
Pendidikan rohani melalui pelayanan anak dan Sekolah Minggu akan menjadi dasar pertumbuhan rohani seorang anak untuk dapat mengenal kebenaran Alkitab, menyembah dan memuji Tuhan, serta mengasihi pekerjaan-Nya. Apabila mereka telah dimenangkan, generasi selanjutnya juga telah dimenangkan karena merekalah penerus dan pemimpin generasi yang akan datang. Tidak bisa disangkal hampir 100% anggota jemaat gereja pada umumnya berasal dari anggota Sekolah Minggu. Oleh karena itu, kita perlu melayani anak-anak dan memberi perhatian besar kepada mereka. Jika kita memenangkan anak-anak, kita tahu kita sedang memenangkan gereja masa depan dan Kekristenan di masa depan.

7. Guru,Tanggungjawab dan Kepribadian
1.SYARAT MENJADI GURU SEKOLAH MINGGU
a. Memiliki Hati yang Baru
b. Memiliki Hati yang Lapar
c. Memiliki Hati yang Taat
d. Memiliki Hati yang Disiplin
e. Memiliki Hati yang Mengasihi
f. Memiliki Hati yang Beriman
g. Memiliki Hati yang Mau Diajar
h. Memiliki Hati yang Suci
2.KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB GURU SEKOLAH MINGGU
a. Mengajar (Teaching) 1Timotius 2:7
b. Menggembalakan (Shepherding) Yehezkiel 34:2-6; Yoh. 10:11-18
c. Kebapaan (Fathering) 1Korintus 4:15
d. Memberikan Teladan (Modeling) 1Korintus 11:1; Filipi 3:17;
e. Menginjil (Evangelizing) 1Timotius 2:7
f. Mendoakan (Praying) 2Tesalonika 1:11-12
g. Meraih Kesempatan (Catching) 2Timotius 4:2
3.MENELADANI SANG GURU AGUNG
a. Yesus memiliki panggilan yang jelas.
b. Yesus menjalankan disiplin rohani.
c. Yesus membiarkan anak-anak datang kepada-Nya.
d. Yesus menggunakan beragam metode.
e. Yesus mengajar dengan penuh kuasa.


Sumber :
1.Mary Go setiawani, Pembaharuan Mengajar, Yayasan Kalam Hidup, Bandung
2.Sumber lainnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar