Jumat, 30 Oktober 2009

Qua Vadis Pemuda Kristen

Kaum Muda gereja kini dan masa depan
Oleh Pdt. Statistik Siahaan,STh

Kita saat ini mungkin harus tapakur sejenak untuk merenungkan atas kemandulan dan kefasifan pemuda Kristen. Situasi pemuda Kristen saat ini mati suri. Gerakan pemuda pada dekade 10 tahun ini hanya untuk dirinya sendiri. Itulah sepertinya awal kemandekan gereja atau tidak hadirnya orang yang memiliki militansi tinggi untuk masa depan. Pengurus gereja dan orang tua masih terlihat sangat puas jika para pemuda rajin ibadah dan bernyanyi, bahas Alkitab. Namun disisi lain terisolasi atas pengetahuan dan peran sertanya memberi partisipasi atas pertumbuhan gereja, aktivitas sosial serta keadaan berbangsa dan bernegara.

Konteks hidup sebagai warga negara tentu tidak terlepas dari tanggungjawab untuk hidup beragama seperti kristen yang taat beribadah. Tetapi selaku orang yang beragama seperti kristen dalam suatu negara dituntut pula peran dan tanggungjawabnya sebagai warga negara untuk menetukan arah bangsa. Hal ini satu kesatuan yang utuh. Hidup bergereja adalah masa pembinaan iman untuk berkesaksian ditengah dunia khususnya hidup berbangsa. Untuk hal ini bersaksi di Negara Kesatuan Republik Indonesia yakni turut serta meletakkan dasar kebijakan negara itulah peran politik warga negara. Untuk itu pemuda Kristen tidak boleh apriori dengan apa yang disebut berserikat dan berkumpul. Aktivitas berpolitik itu tidak ada salahnya. Ada orang berpolitik yang salah arah sehingga mencari kekuasaan untuk menindas atau memanfaatkan kekuasaan untuk mengejar kepentingan diri sendiri. Inti berpolitik bukan itu tetapi menghadirkan sesuatu yang baik dan berguna bagi masyarakat. Pemuda Kristen perlu turut memberi kritik yang membangun terhadap kebijakan pemerintah. Peran untuk membangun bangsa yang bermartabat tidak harus menduduki jabatan dewan. Tugas memberi pemikiran dan gerakan yang konstruktif perlu diberikan oleh pemuda Kristen. Untuk itu Pemuda Kristen tidak boleh mandul dalam berpikir dan tetapi berbuat nyata demi Indonesia. Hal itu dapat diwujudkan dengan diskusi panel, seminar, sharing ide, workshope, gerakan sosial dan lain-lain seperti menentang kemaksiatan, judi, narkoba, miras, menghadirkan studi kemasyarakatan yang tujuannya mengoreksi akan kebijakan pemerintah yang mungkin telah melenceng dan memberi sumbangan nyata untuk pertumbuhan Indonesia Sejahtera. Namun itu menjadi pemuda yang produktif, maka tidak boleh meninggalkan tugas utama yaitu sekolah dan kuliah, bekerja dan berkeluarga. Jika peran pemuda itu diperankan dengan baik dan akomodatif dengan semua kondisi namun kukuh dalam iman maka akan tercapai keharmonisan dalam NKRI dan perjuangan dalam Indonesia yang satu kesatuan itu akan terus terpelihara.

Namun saat ini Pemuda Kristen terlihat tidak memiliki semangat perjuangan dalam ruang lingkup nasional. Pada diri pemuda ada kesan tidak ada visi mau kemana dibawa bangsa ini. Sementara kelompok agama lain semakin gencar-gencarnya membina kaum mudanya untuk misi kedepan. Lembaga-lembaga yang peduli banyak mendukung demi tercapainya rencana dakwanya. Bagaimana dengan warga Kristen ? Lembaga - lembaga berbasis Kristen tidak banyak memberi perhatian pada pemuda sehingga tidak banyak pemuda yang militan.
Lembaga Kristen yang kurang memberi perhatian mengakibatkan setiap pekerja Kristen itu berjalan sendiri-sendiri. Pada umumnya setiap orang Kristen yang menjadi pejabat dinegara ini cenderung mandiri sejak sekolah sampai dengan duduk diposisi jabatan yang biasa maupun strategis dan duduk sebagai legislatif. Ini titik kelemahan yang mengakibatkan warga Kristen terlihat tidak solid. Hal lain juga terlihat bahwa orang-orang yang telah memiliki jabatan itu tidak loyal terhadap iman dan gerejanya. Dampak lainnya tidak mau melakukan kaderisasi pada rekan-rekan seimannya. Semua ini akibat tidak adanya pembangunan kesatuan gerak bersama sejak muda sehingga terjadi kelumpuhan. Hal itu juga diakibatkan Gerakan Mahasiswa Kristen yang terlihat keropos sehingga tidak kritis menyikapi segala bentuk permasalahan di negara dan bermasyarakat. Nilai kritis mahasiswa untuk segala bentuk kebijakan pemerintah tidak ada, semua sudah seperti manut-manut saja. Prilaku hidup pemuda saat ini secara umumnya yaitu narsis, pestapesta, jalanjalan, nonton bareng, face bookan, olah raga semua untuk kalangan sendiri (individualistis). Semua sekedar isi waktu luang, sudah sangat sedikit memberi diri untuk membangun kelompok diskusi dan kelompok pemerhati dan menyikapi arah bangsa ini. Akhirnya banyak kesempatan kesempatan yang harusnya dapat dimiliki oleh pemuda kristen akhirnya hilang lenyap tanpa bekas.

Pergumulan berat dimasa akan datang bahwa banyak ahli melihat politik Indonesia ini tidak terlihat nilai nasionalisnya. Manusia haus kekuasaan akan muncul dan banyak yang sudah menjilat ke setiap rezim yang memerintah sampai dengan sekarang ini. Semua itu secara pandangan khusus banyak yang hendak mengolkan Indonesia mengangkat satu simbol saja. Indonesia akan mengalami keruwetan yang sistemik. Jika pemerintah elit politik ini tidak dikritisi maka penghambatan yang sistemik ini terus bermunculan dan kelompok minoritas akan mengalami keterasingan. Ada yang mengatakan keinginan itu tidak akan terjadi, namun mereka sudah melakukan gerakan secara baik dan terkordinasi di semua aras. De Facto dilapangan simbol satu kelompok sudah lebih kentara dan mengekang warna lain serta menghambat kesempatan berkarya bagi orang diluar simbol tertentu itu. Untuk itu banyak orang menjadi beralih iman atas desakan dan tekanan hidup, utang budi dan lain-lain. Jika kita mengatakan bahwa Indonesia tetap plural majemuk maka apa gerakan bersama yang harus dilakukan agar kita eksis nyata dan tidak diobokobok. Para pemuda harus sadar, bahwa dimasa depan akan menghadapi dampak keputusan politik dimasa kini seperti banyaknya ajaran agama menjadi undang-undang, hadirnya syariah di beberapa daerah dan lembaga-lembaga. Apa ini bukan masalah, dimana nilai iman dan nasionalisme kaum muda Kristen berjuang menegakkan NKRI tanpa harus menegakkan simbol-simbol?

Untuk itu Pemuda Kristen perlu kembali bangkit untuk menunjukkan karyanya di NKRI ini. Gereja sangat bertanggungjawab membina ahlak, moral pemuda dan memberikan pemahaman nasionalis serta memfasilitasi pemuda mempelajari politik di negara ini. Gereja perlu membekali pemuda sehingga jika pada waktunya mereka menjadi teknokrat, birokrat, legislatif, yudikatif atau menjadi bisnisman atau menjadi karyawan sekalipun semua telah memiliki integritas dan dedikasi. Gereja perlu berbenah diri dan memberi perhatian yang penuh untuk masa depan gereja dan kekristenan melalui kaum muda ini.31/11/09/Pdtss/Limo

Kamis, 22 Oktober 2009

Guru Sekolah Minggu Penyokong Tegaknya Kekristenan di masa depan

Disadur : Pdt.Statistik Siahaan

1. Pendahuluan
Guru Sekolah Minggu yang betul-betul terpanggil dalam pelayanan SM biasanya akan merasa sangat puas jika bisa melayani dengan sepenuh hati dan semaksimal mungkin mengerahkan tenaga juga pikiran demi kemajuan Sekolah Minggu. Kesibukan guru Sekolah Minggu dalam pelayanan mereka membuat mereka tidak sadar bahwa dengan mendidik anak-anak Sekolah Minggu yang adalah generasi penerus gereja mereka sudah ikut berperan dalam pertumbuhan gereja dan kekristenan di masa depan. Berikut ini akan kita lihat peranan apa saja yang dapat diberikan guru Sekolah Minggu dalam meningkatkan pertumbuhan gereja.
Mendidik anak-anak Sekolah Minggu yang adalah generasi penerus merupakan cara pertumbuhan gereja yang terbaik. Ada tiga macam pertumbuhan gereja:
a. Pertumbuhan gereja secara transmigrasi, yaitu anggota gereja yang mutasi.
b. Pertumbuhan melalui penginjilan, yaitu pertambahan anggota gereja yang baru percaya dan bertobat.
c. Pertumbuhan secara alamiah, yaitu anak-anak anggota gereja yang sudah dididik sejak kecil dan kemudian menjadi umat percaya.
Dengan mendidik anak-anak Sekolah Minggu yang adalah generasi penerus akan dapat menjamin pertumbuhan gereja secara alamiah, dan ini adalah salah satu tugas dari guru Sekolah Minggu. Tetapi orangtua pun hendaknya memberikan kesempatan bagi generasi penerus untuk dapat bertumbuh dalam keluarga Kristen yang baik.
Sekolah Minggu hanya dapat bertahan kalau pengajar-pengajarnya adalah orang-orang yang berkepribadian kuat. Kalau guru-guru suka mementingkan diri sendiri atau kurang memiliki penglihatan (vision), maka ada kecenderungan bahwa ia hanya mau memajukan kelasnya sendiri dan lupa akan sumbangsih kelas itu dalam membantu gereja dan kekristenan di masa depan. Setiap guru wajib memajukan gereja dan kekristenan secara keseluruhan. Gereja dan Sekolah Minggu milik kita bersama. Kesetiaan kepada kelas memang baik, tetapi lakukanlah hal itu dengan maksud untuk memajukan Sekolah Minggu dan gereja serta kekristenan secara keseluruhan.
Pada kitab 1Timotius 4:12, "Jadilah teladan bagi orang-orang percaya," ini adalah nasihat yang paling tepat untuk para guru. Hal ini berarti bahwa guru memiliki tanggung jawab untuk menghadiri semua kebaktian lain yang diadakan di gereja. Hal itu bukan saja menjadi satu contoh bagi para murid, tetapi juga menjadi satu bagian yang penting dari makanan rohani guru itu sendiri. Dengan berpikir bahwa ia telah memenuhi kewajibannya hanya dengan mengajar Sekolah Minggu dan kemudian mengabaikan kebaktian-kebaktian lain, maka ia telah merusak pelayanan para guru yang lain. "Guru lebih diingat dari perbuatannya daripada perkataannya", merupakan suatu pernyataan yang benar. Suatu kesetiaan untuk mengunjungi kebaktian-kebaktian gereja membuktikan nilai yang sejati dari seorang guru. Jangan mengabaikan rumah Allah dan persekutuan ibadah!
Bila guru setia mengunjungi gereja, para murid juga akan mengikuti jejaknya dan menghadiri kebaktian. Para murid yang tidak dapat dimenangkan kepada Tuhan melalui Sekolah Minggu, mungkin dapat dimenangkan melalui kebaktian dalam gereja.
Seorang guru yang cakap akan mengetahui hubungan yang erat antara Sekolah Minggu dan program keseluruhan dari gereja dan ia dapat melihat sumbangan yang diberikan oleh setiap kebaktian bagi kesejahteraan rohani setiap orang. Dengan teladan Anda, doronglah setiap murid yang sudah diselamatkan untuk menjadi anggota gereja. Tidak ada persaingan antara bagian-bagian yang ada di dalam gereja. Anda tidak dapat memajukan Sekolah Minggu, mengesampingkan gereja, melalui menjauhkan diri dari pelayanan yang ada.


2. Sejarah Sekolah Minggu
Barulah pada abad 18, seorang wartawan Inggris bernama Robert Raikes, digerakkan oleh rasa cinta kepada anak-anak, membuat suatu gerakan yang akhirnya mendorong lahirnya pelayanan Sekolah Minggu.
Pada masa akhir abad 18, Inggris sedang dilanda suatu krisis ekonomi yang sangat parah. Setiap orang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, bahkan anak-anak dipaksa bekerja untuk bisa mendapatkan penghidupan yang layak. Pada saat itu, wartawan Robert Raikes mendapat tugas untuk meliput berita tentang anak- anak gelandangan di Gloucester bagi sebuah harian (koran) milik ayahnya. Apa yang dilihat Robert sangat memprihatinkan sebab anak- anak gelandangan itu harus bekerja dari hari Senin sampai Sabtu. Apa yang dilakukan anak-anak pada hari Minggu itu? Hari Minggu adalah satu-satunya hari libur bagi mereka yang dihabiskan untuk bersenang-senang. Tapi karena mereka tidak pernah mendapat pendidikan (karena tidak bersekolah), anak-anak itu menjadi sangat liar. Mereka minum-minum dan melakukan berbagai macam kenakalan dan kejahatan.
Melihat keadaan itu Robert Raikes bertekad untuk mengubah keadaan. Ia dengan beberapa teman mencoba melakukan pendekatan kepada anak- anak tersebut dengan mengundang mereka berkumpul di sebuah dapur milik Ibu Meredith di kota Scooty Alley. Selain mendapat makanan, di sana mereka juga diajarkan sopan santun termasuk membaca dan menulis. Tapi hal paling indah yang diterima anak-anak di situ adalah mereka mendapat kesempatan mendengar cerita-cerita Alkitab. Pada mulanya pelayanan ini sangat tidak mudah. Banyak anak yang datang dalam keadaan yang sangat kotor dan berbau. Namun, dengan cara mendidik yang disiplin, kadang dengan pukulan rotan yang dilakukan dengan penuh cinta kasih, anak-anak itu akhirnya belajar untuk mau dididik dengan baik, sehingga semakin lama semakin banyak anak yang datang ke dapur Ibu Meredith. Semakin banyak juga guru yang disewa untuk mengajar mereka, bukan hanya untuk belajar membaca dan menulis tapi juga Firman Tuhan; perjuangan yang sangat sulit tapi melegakan. Dalam waktu empat tahun sekolah yang diadakan pada hari Minggu itu semakin berkembang bahkan ke kota-kota lain di Inggris. Dan jumlah anak-anak yang datang ke sekolah hari minggu terhitung mencapai 250.000 anak di seluruh Inggris.
Mula-mula, gereja tidak mengakui kehadiran gerakan Sekolah Minggu yang dimulai oleh Robert Raikes ini. Tetapi karena kegigihannya menulis ke berbagai publikasi dan membagikan visi pelayanan anak ke masyarakat Kristen di Inggris, dan juga atas bantuan John Wesley (pendiri gereja Methodis), akhirnya kehadiran Sekolah Minggu diterima oleh gereja. Mula-mula hanya oleh gereja Methodis, namun akhirnya juga oleh gereja-gereja Protestan lain. Ketika Robert Raikes meninggal dunia tahun 1811, jumlah anak yang hadir di Sekolah Minggu di seluruh Inggris mencapai lebih dari 400.000 anak. Dari pelayanan anak ini, Inggris tidak hanya diselamatkan dari revolusi sosial, tapi juga diselamatkan dari generasi yang tidak mengenal Tuhan.
Gerakan Sekolah Minggu yang dimulai di Inggris ini akhirnya menjalar ke berbagai tempat di dunia, termasuk negara-negara Eropa lainnya dan ke Amerika. Dan dari para misionaris yang pergi melayani ke negara-negara Asia, akhirnya pelayanan anak melalui Sekolah Minggu juga hadir di Indonesia.

3. Menginjili dan memenangkan anak Sekolah Minggu.
Dengan menginjili dan memanangkan anak Sekolah Minggu, berarti ada juga kesempatan besar untuk memenangkan orangtuanya. Banyak kesaksian membuktikan bagaimana anak-anak mempengaruhi orangtuanya untuk percaya kepada Tuhan.
Ron Boldman adalah seorang pendeta dari "Calvary Chapel", salah satu gereja yang berkembang pesat di Amerika. Setelah menyelesaikan pendidikan teologi, Ron pergi memberitakan Injil dan mendirikan gereja; dari tahun ke tahun jumlah orang yang menghadiri kebaktian meningkat dengan pesat. Menurut catatan statistik, pada tahun 1973 jumlah orang yang menghadiri kebaktian rata-rata adalah 135 orang, sampai pada tahun 1977 jumlahnya telah meningkat mencapai rata-rata 1.325 orang. Pendeta yang dipakai secara besar-besaran oleh Tuhan itu, adalah hasil usaha dari Erick Boldman, yaitu anaknya yang berusia empat tahun, yang telah mengajak dan membawa Ron mengikuti "Sekolah Minggu untuk orang dewasa". Selain itu, masih banyak contoh serupa.
Berawal dari penginjilan guru Sekolah Minggu mereka, banyak anak yang berhasil mempengaruhi orangtua mereka yang mundur dan tawar hati untuk kembali mengasihi Tuhan dan masuk ke gereja.

4. Membina dan membimbing anak Sekolah Minggu.
Membina dan membimbing anak-anak Sekolah Minggu berarti juga membina pemimpin-pemimpin gereja di masa yang akan datang. Jikalau guru Sekolah Minggu berhasil membina kerohanian para generasi penerus itu dengan baik, berarti para guru telah melatih dan mempersiapkan mereka untuk gereja di masa yang akan datang; jadi hal itu merupakan suatu pekerjaan yang amat besar dan bernilai! Kualitas pemimpin gereja dan negara serta kesetiaan dalam iman di masa mendatang tergantung bagaimana para guru Sekolah Minggu membina dan membimbing mereka sekarang.


5. Pendidikan terhadap anak-anak Sekolah Minggu.
Pertumbuhan gereja dalam kualitas dan kuantitas tergantung pada pendidikan terhadap generasi penerus gereja, yaitu anak-anak Sekolah Minggu. Bila pendidikan terhadap generasi penerus diutamakan, gereja dapat mendirikan dasar yang baik bagi hakekat kerohanian jemaat. Mereka tidak mudah terbawa arus, selain itu juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dalam kuantitas. Bukankah kita harus menanggung pekerjaan yang sedemikian berharga dengan segala kerelaan hati? Ya! Kita harus mencurahkan seluruh tenaga dan kemampuan, berani berkorban dan membayar harga demi mendidik generasi penerus yang setia.

6. Panggilan Guru Sekolah Minggu untuk Melayani Anak
Sebagai pelayan Tuhan, kita telah dipanggil untuk ikut ambil bagian dalam membentuk anak-anak yang dipercayakan Tuhan kepada kita. Ini merupakan tanggung jawab yang sangat besar. Melalui kita, Tuhan ingin agar anak-anak ini mengenal Pencipta mereka; bertemu dengan Dia dan diubahkan menjadi ciptaan baru. Pelayanan anak atau Sekolah Minggu tidak semata-mata dibentuk untuk mendidik mereka menjadi anak-anak manis yang mempunyai sikap baik budi, berakhlak, integritas, setia pada Kristus sepanjang hidupnya. Utama mereka harus berjumpa secara pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus. Dan apa yang telah dimulai oleh-Nya, akan disempurnakan-Nya pula.
Pendidikan rohani melalui pelayanan anak dan Sekolah Minggu akan menjadi dasar pertumbuhan rohani seorang anak untuk dapat mengenal kebenaran Alkitab, menyembah dan memuji Tuhan, serta mengasihi pekerjaan-Nya. Apabila mereka telah dimenangkan, generasi selanjutnya juga telah dimenangkan karena merekalah penerus dan pemimpin generasi yang akan datang. Tidak bisa disangkal hampir 100% anggota jemaat gereja pada umumnya berasal dari anggota Sekolah Minggu. Oleh karena itu, kita perlu melayani anak-anak dan memberi perhatian besar kepada mereka. Jika kita memenangkan anak-anak, kita tahu kita sedang memenangkan gereja masa depan dan Kekristenan di masa depan.

7. Guru,Tanggungjawab dan Kepribadian
1.SYARAT MENJADI GURU SEKOLAH MINGGU
a. Memiliki Hati yang Baru
b. Memiliki Hati yang Lapar
c. Memiliki Hati yang Taat
d. Memiliki Hati yang Disiplin
e. Memiliki Hati yang Mengasihi
f. Memiliki Hati yang Beriman
g. Memiliki Hati yang Mau Diajar
h. Memiliki Hati yang Suci
2.KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB GURU SEKOLAH MINGGU
a. Mengajar (Teaching) 1Timotius 2:7
b. Menggembalakan (Shepherding) Yehezkiel 34:2-6; Yoh. 10:11-18
c. Kebapaan (Fathering) 1Korintus 4:15
d. Memberikan Teladan (Modeling) 1Korintus 11:1; Filipi 3:17;
e. Menginjil (Evangelizing) 1Timotius 2:7
f. Mendoakan (Praying) 2Tesalonika 1:11-12
g. Meraih Kesempatan (Catching) 2Timotius 4:2
3.MENELADANI SANG GURU AGUNG
a. Yesus memiliki panggilan yang jelas.
b. Yesus menjalankan disiplin rohani.
c. Yesus membiarkan anak-anak datang kepada-Nya.
d. Yesus menggunakan beragam metode.
e. Yesus mengajar dengan penuh kuasa.


Sumber :
1.Mary Go setiawani, Pembaharuan Mengajar, Yayasan Kalam Hidup, Bandung
2.Sumber lainnya

Sabtu, 17 Oktober 2009

Keberagaman itu adalah rahmah

Kutipan Ceramah Umum : Muffi Besar Suriah Syeikh Dr.Ahmad Badruddin Hassoun
Kamis. 15 Oktober 2009, Kantor Depag RI
Oleh Pdt.Statistik Siahaan,STh (HKBP Limo Ressort kebayoran Selatan)

Suatu hal yang luar biasa di alami oleh para agamanis di Indonesia dengan kehadiran syeikh dari Syria ini. Hal itu dinyatakan dan diapresiasikan oleh Menteri agama RI yang diwakilkan oleh Sekjen Depag RI. Pluralisme di dunia adalah suatu kekayaan. Namun ada banyak kerusuhan dan berbagai teror yang mengatasnamakan agama. Ini tantangan agama-agama di dunia khususnya di Indonesia. Kemajemukan adalah rahmah bagi kita semua. Semua agama jika kembali pada ajaran kitabnya tentu akan memancarkan cahaya dan dapat berperan menghadirkan ketentraman. Pandangan agama akan lebih inklusif terbuka,toleran, kasih sampai ke akar rumput. Kemudian Syeik Ahmad dalam paparannya menjelaskan bahwa manusia lebih dahulu dari agama. Kemudian agama hadir untuk menghadirkan ketentraman, jadi agama hadir untuk menghasilkan ketentraman atas perilaku kesalahan yang diperbuat manusia. Agama harus mensejahterakan manusia. Semua agama mengaku manusia berasal dari debu.Untuk itu mengapa terjadi perselisihan antar pemeluk agama yang beradal dari satu unsur yaitu tanah? Tujuan agama untuk mensejahterakan maka diutuslah para nabi seperti Musa,emua nabi menyatakan satu ajaran dalam 2 poros yaitu kesucian Tuhan dan kemuliaan manusia. Tuhan maha suci dan manusia mulia. Semua agama menyakini Tuhan itu pula pencipta manusia dan semua isinya, baik bagi Yahudi, kristen, Islam, hindu,budha,konfussu dll. Dan tidak ada yang mengklaim bahwa Tuhan itu milik satu agama saja. Namun mengapa situasi keharmonisan plural itu terganggu, hal ini disebabkan agama di politikkan. Tuhan sudah ciptakan semua manusia beraneka ragam maka itu kekayaan dan dihargai. Bagi agama apapun diajarkan mengasihi: Kristen menekankan Tuhan penuh dengan kecintaan, maka kejayaan Tuhan jika umatnya melakukan kedamaian untuk semua. Umat Muslim diajarkan Tidak diberikan pahala pada setiap orang diantara kaum tidak mencintai sesama manusia. Budha menekankan hidup manusia damai dan tentram.
Untuk itu mengapa kita saling membunuh dan menentang serta mengganggu orang lain menghadirkan kedamaian dan ketentraman bagi sesama manusia ?
Semua kekacauan itu disebabkan agama sudah di belokkan pada politik. Tidak ada demokrasi Islam atau Demokrasi Kristen. Demokrasi adalah sistem politik, jika ada yang menekankan agama itu adalah topeng saja. JIka seorang dipilih jadi pemimpin maka dia dalam menjalankan kepemimpinannya sesuai dengan undang-undang bukan dengan hukum agama. Untuk itu para pemimpin agama harus menghadirkan reformasi pada politik yang ada. Permasalahan politik terjadi bukan karena agama contoh masalah Irlandia dan Inggris yang terus berkecamuk. Sementara mereka beragama Kristen Katolik - Protestan. Hal yang terjadi di Palestina bukan masalah agama Islam dan Kristen. Tetapi adanya prilaku yang menindas akan hak hidup orang dengan mengatasnamakan ajaran agama. itu semua tidak boleh terjadi sebagai agamanis yang sesama ciptaan Tuhan dari debu. Untuk itu pelayanan umat harus ditekankan dalam memberi hidup manusia itu selayaknya. Pembangunan mesjid, gereja, kuil megah kami lakukan dan bantu di Syriah, tetapi jika masih ada orang miskin papah di sebelah gedung megah itu maka semua kebajikan itu tidak terhitung. Tetapi jika peduli pada manusia yang lemah itu maka akan lebih mulia. Untuk itu manusia itu adalah rumah Tuhan bukan gedung megah itu yang lebih berarti. Syihk sampaikan juga bahwa lebih ringan hukumannya jika merobohkan kabbah dan lebih berat hukumannya jika membunuh dan membuat serta membiarkan orang menderita - mengalami kematian. Untuk itu janganlah mau dipecah-pecah oleh kelompok orang yang mengejar kekuasaan dengan politik yang berwajah agama. Untuk itu satu inti ajaran kitab-kitab agama yaitu takutlah akan Tuhan jauhkan agama dari politik. Agama untuk membahagiakan saya tidak percaya ada satu agama yang memperbolehkan membunuh manusia. saya sangat mencintai agama yang mengarahkan kehidupan walaupun untuk satu orang manusia. Untuk itu pelihara keragaman itu, tidak ada yang berhasil jika hidup hanya satu blok. Seperti dunia ini di kuasai satu blok kekuasaan yaitu amerika, akhirnya banyak kekacauan disana-sini. Namun ada banyak blok/kelompok saling melengkapi dan menyempurnakan, seperti indonesia sudah sangat indah dengan pluralismenya ini suatu kekayaan. Untuk itu harus ada kedamaian dan menghidupkan manusia melalui pelayanannya dan tidak ada lagi pertikaian dan permasalahan bagi setiap kelompok melakukan ajaran dan ibadahnya untuk menghidupkan, memberi damai dan ketentraman manusia. (dikutip Pdt.Statistik Siahaan,STh, peserta dalam ceramah umum)

Renungan Minggu 18 Oktober 2009

Patuhilah Perintah Tuhan dalam hidupmu
Pdt.Statistik Siahaan,STh

Pada dasarnya semua manusia memiliki kelemahan. Karena itu banyak orang mengandalkan kelemahan itu agar tidak setia. Untuk itu kebebasan yang Tuhan telah berikan tidak dipergunakan dengan baik demi kemuliaan nama Tuhan. Namun disisi lain manusia itu ingin menjadi orang hebat dan terkenal. Karena kelemahan itu manusia mencari kekuatan dari dunia ini seperti jabatan, kekayaan, kekuasaan. Dan iblis sering memanfaatkan kelemahan dan keinginan manusia itu untuk tidak setia pada Tuhan.
Musa disaat dipanggil untuk memimpin umatNya juga demikian ia tahu akan kelemahannya. Atas kelemahan Musa itu ia menolak untuk mengikuti perintah Tuhan. Namun Musa tidak terkecoh oleh iblis untuk menjadi orang terkenal. Ia mencoba untuk berdalih agar tidak setia pada perintah Tuhan. Namun Tuhan memiliki kuasa dan pemilihan yang sudah tepat. Ia memilih Musa walaupun memiliki kelemahan dan Tuhan menempat Harun menjadi satu tim kerja untuk pekerjaan Tuhan. Kelemahan Musa untuk berkata-kata bukan menjadi alasan tidak setia pada perintah Tuhan. Karena diantara umat Tuhan masih ada yang talenta yang lain untuk menyempurnakan pelayanan Tuhan di dunia ini.
Jemaat Kristus di dunia ini juga tidak ada yang sempurna. Setiap orang memiliki kelemahan. Tetapi kelemahan itu jangan menjadi alasan untuk tidak mengerjakan perintah Tuhan atau berdalih sehingga harus dipaksa untuk melakukan tugas. Jika setiap orang menyadari kelemahannya tentu ia akan memberi kesempatan bagi orang lain dan menghargai kelebihan orang lain. Di pelayanan jemaat harus disadari bahwa setiap orang memiliki potensi diri (talenta) tidak ada yang memiliki banyak pengetahuan dan kemampuan. Namun setiap talenta yang ada jika saling menguatkan satu dengan yang lain maka jemaat akan mampu menjadi raksasa iman. Jemaat akan mampu untuk berkarya lebih heran lain di tengah-tengah dunia menjadi garam dan terang. Untuk itu setialah pada Firman Tuhan dan pergunakan potensi diri untuk pelayanan kemuliaan nama Tuhan. Tuhan memberkati.amin

Rabu, 07 Oktober 2009

Doktrin Keagamaan dan Spirtualitas

Pdt. Statistik Siahaan

Gerakan keagamaan pada saat ini sangat marak. Pelayanan pengajaran agama juga sangat marak dimana-mana ada sepertinya banyak kelompok persekutuan dibuka seperti kios-kios jajanan menawarkan jualan. Apakah ini ciri terbentuknya spiritualitas ? Pembinaan soal keagamaan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting, namun pada kenyataanya yang terjadi hanya peningkatan pengetahuan agama saja bukan semakin meningkatnya spiritualitas. Akibatnya hadirnya prilaku yang senang mencela, membicarakan kejelekan lembaga atau orang lain kemudian mengklaim diri dan kelompoknya yang kudus. Jika diperhatikan orang yang terjun dipemerintahan, bisnis, politik, semuanya adalah orang yang beragama. Namun berapa persenlah yang memiliki spiritualitas baik dan yang menunjukkan ahlak yang baik. Namun ada banyak yang berahlak buruk dan menjadi koruptor, pemeras rakyat, lintah darat, pezinah dan lain sebagainya. Hal itu terbukti dengan banyaknya para pelaksana eksekutif, yudikatif, legislatif, usahawan yang terjerat hukum.

Orang banyak mendapat pendidikan agama dan menjalankan ibadah, namun terlihat hanya pemuasan intelektual atau mencari pengakuan sosial saja. Ibadah dengan ritual agama merupakan rutinitas saja jika tidak diikuti dengan pemaknaan kepercayaan dengan tulus yakni mengasihi sesama dengan menghargai tugas dan tanggung jawab yang diembankan semua itu omong kosong. Ada banyak orang yang tidak menunjukkan spiritualitasnya tetapi rajin melakukan ibadahnya. Orang tersebut mencari intelektualitas agama semakin tinggi intelektualitas agama belum tentu sama, seseorang itu memiliki spritualitas yang tinggi. Orang yang mengejar pengetahuan agama akan terpenjara dengan konsep dogma yang kaku. Orang-orang demikian cenderung terjebak pada konsep individual dan komunitasnya. Jika diperhadapkan dengan orang yang diluar golongannya akan cenderung menutup diri.

Semua kelompok agama di dunia dan khususnya Indonesia juga mengalami persoalan ini. Nilai keagamaan yang hakiki belum dimiliki hal itu dibuktinan terbangunnya tembok pemisah antara seorang manusia yang satu dengan manusia lain. Apakah satu agama atau satu aliran. Ada ilustrasi, jika ada seorang manusia yang mengalami satu peristiwa maka keluarlah pertanyaan diawali orang apa, suku apa, kaya miskinkah, agama apa, kelompok kita atau tidak. Jika klimaks kelompok kita maka pertolongan akan dilakukan pertolongan namun jika tidak kelompoknya akan dibiarkan sampai mati. Anekdotnya jika kucing ketabrak maka langsung dikebumikan namun manusia tertabrak langsung lari saja. Dimana letak kemanusiaannya ? Adapula hal yang merupakan sakit masyarakat doyan gebuk orang dan bakar, ada prilaku curi milik penabrak atau yang ditabrak dengan alasan diamankan. Akhirnya orang yang kena kecelakaan tidak tertolong malah ketiban sial.

Agama pada hakekatnya membangun spiritualitas setiap orang yang melakukan ibadahnya bukan intelektualitas agamanya saja. Spiritualitas intinya adalah memahami, memaknai dan melakukan ajaran agama dengan tulus tanpa membedakan yang membimbing orang menjadi welas asih. Nilai spiritualitas agama yang ada dalam diri setiap orang akan mengajar orang tersebut semakin rendah hati dan juga penuh welas asih, mengarahkan penganutnya semakin cinta kebenaran, keadilan dan kedamaian. Untuk menyadarkan umat bahwa semua yang ada didunia ciptaan yang maha kuasa sebab itu harus saling mengasihi dan memperhatikan dengan tulus. Karena itu orang belajar ilmu agama belum tentu sudah berspiritualitas. Sebab banyak yang memiliki pengetahuan agama tetapi ahlaknya rendah. Hal itu terlihat dari tindakan hidup yang lebih cenderung memiliki egois keagamaan. Jika melihat kenyataan di lapangan kerap kali justru orang beragama berbanding terbalik dengan semua nilai-nilai mulia keagamaan yang dianutnya. Buktinya, kerusuhan dan pertumpahan darah karena agama atau karena membela agama bukan baru terjadi di abad ini dan di negeri ini saja, tetapi sudah berlangsung berabad-abad. Perang Salib (1096-1291) misalnya, berlangsung pada masa Perang Salib I-VII, yang bertolak bukan sekedar permainan politis tetapi lebih pada sebuah lontaran yang keras dari sebuah meriam fanatisme keagamaan yang sudah memanas. Adanya gerakan terorisme dari suatu kelompok agama hal ini juga berdasar pada konteks pengajaran intelektual agama dibanding spiritual agama. Orang yang mengejar hukum agama akan kehilangan nilai hakiki ajaran yang terkandung dalam agama itu sendiri yaitu kasih. Untuk menjadikan usaha ini otentik dalam pandangan agama, maka para pejuang yang karena membela agamanya gugur kemudian dijuluki dengan penghormatan tertinggi sebagai seorang martir atau syuhada. Pada kondisi tertentu agama dijadikan alat kekerasan yang sebenarnya tidaklah demikian. Namun hal itu terjadi dikarenakan penganut agama itu sendiri tidak memiliki spiritualitas dari kepercayaannya itu.
Spirit yaitu semangat - ruahk - roh yang maha kuasa menguasai manusia untuk menjadikan pribadi yang berahlak taat pada Tuhan, yang disampaikan dalam ajaran agama serta mengasihi sesama manusia dengan tulus. Jika seorang mengasihi tuntutannya bukan sebatas kelompok atau golongan saja tetapi sesama manusia. Manusia seperti itu berarti memiliki ahlak, bermoral dalam tutur kata dan perbuatan. Orang berspritualitas tidak menjadikan kesenangan diri dan kelompok menjadi target. Namun tetap memperhatikan hidup banyak orang yang diluar diri dan kelompoknya.

Spiritualitas merupakan kehadiran kekuatan yang mahakuasa dalam diri seseorang. Orang semakin menghayati nilai agamanya dan mengasihi sesama tanpa melakukan pembedaan. Ajaran agama apapun pada intinya menekankan bagaimana melayani, mengasihi, membantu semua orang lain yang lemah dengan tulus. Agama seseorang tidak akan hilang jika ia mengasihi sesama dan memperhatikan hidup orang lain. Nilai keagamaan seseorang tidak terletak pada kerajinan datang ke gereja atau tempat ibadah. Wacana ini berkembang pada saat ini. Hal ini harus mendapat tanggapan yang benar bagi para rohaniawan khususnya para pelayan Kristen. Karena umat telah melihat bagaimana warga gereja sudah tidak berbeda lagi dengan pemahaman keagamaan sebelum Yesus Kristus. Orang banyak beribadah tidak lebih dari tuntutan sosial dan sekedar mencari pengakuan sosial. Pada hakekatnya mereka tidak memiliki spiritualitas jika dilihat dari pengajaran Tuhan Yesus sendiri.

Warga seharusnya semakin melihat bagaimana tindakan Tuhan Yesus memperlakukan orang kecil, miskin, yang lapar, menangis dan yang ditolak ternyata disingkirkan banyak orang-orang gereja pada jaman ini. Pengajaran Tuhan Yesus pada Kitab Lukas 6 : 20-23 :
Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata: "Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah.Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa. Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. Bnd Matius 5 : 3-12 :
"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."
Disini terdapat pengajaran tentang nilai spiritualitas tidak sekedar pemahaman agama saja. Atas orang ini Tuhan secara khusus merentangkan tangan pertolongannya. Nilai spiritualitas yang ditunjukkan Tuhan Yesus yang terdapat dalam diriNya. Nilai itu juga yang sebenarnya hadir dalam hidup orang beragama bukan pemahaman agama saja. Tuhan melakukan pembelaan terhadap hak orang yang tertindas dari penguasa dan orang yang mengandalkan kekuatan. Tuhan memberikan perhatian dan solider pada orang miskin dan tertekan tersebut agar memiliki kebebasan. Tuhan menekankan bahwa murid Kristus tidak boleh lagi menutup mata terhadap yang bobrok, ketidak adilan, bersikap acuh tak acuh pada kemiskinan, penderitaan, kelaparan, penindasan, ketidak adilan, yang menimpa sesamanya. Namun harus berani melihat dan memperbaiki bukan membiarkan itu terjadi serta membela diri bahwa itu bukan bagian dari urusan kesaksian imannya.

Gereja haruslah membangun spiritualitas umatnya yang sebagaiman spiritualitas Yesus Kristus dan mengajarkan menyaksikan pada semua manusia. Gereja dituntut lebih mengarahkan langkahnya pada sikap dan tindakan yang lebih nyata menghidupkan spiritualitas umat bukan berhenti pada penekanan pemahaman doktrin agama saja. Hal ini menjadi tuntutan yang harus dijawab dalam persekutuan-persekutuan ibadah. Karena jika tidak demikian manusia hanya bangga dengan nilai agamanya tetapi tidak hidup pada tuntutan nilai spiritualitas agama itu sendiri. Jika spiritualitas itu tidak hadir dalam setiap perjalanan hidupnya maka hadirlah egoisme keagamaan yang tak lain dan tak bukan dipicu oleh sebuah anggapan yang dangkal kemudian pada masa tertentu telah mengental menjadi sebuah doktrin, dan kemudian memadat menjadi sebuah fanatisme yang terwujud dalam sebuah egoisme yang berbaju agama.

Spiritualitas dalam keagamaan itu tidak sekedar memahami nas inti atau eklusive. Tetapi spiritualitas dari nilai agama itu harus terlihat dari peran setiap umat memperdulikan orang yang kecil dan lemah, sehingga kabar sukacita sampai pada setiap orang atau setiap mahluk. Untuk itu tugas umat Kristus masih banyak yaitu menyatakan Kristus peduli pada mereka yang lapar, menangis, pesakitan, tertindas oleh kemiskinan, ketidakadilan dan ketidak benaran. Jika pelayanan itu telah dilakukan maka gereja telah menekankan spiritualitas kekristenan bagi umat. Salam Kasih, (HKBP Limo)

Jumat, 02 Oktober 2009

HKBP Limo Berbenah diri

Perjuangan iman memang tidak dibatasi dengan satu metode. Pembinaan anak-anak untuk mengerti akan pelajarannya itu juga bagian dari perjuangan iman. HK BP Limo membina anak-anak dengan melakukan bimbingan belajar bagi anak-anak sekolah minggu diluar hari Minggu.  Pelayanan di luar hari minggu sangat diperlukan dilakukan HKBP. Hal ini bagian dari pelayanan Dewan Diakonia dalam seksi Pendidikan. Pada  Tahun Diakonia HKBP  tahun 2009, HKBP Limo turut serta mengisinya dengan beragam kegiatan sosial seperti  pengobatan gratis, bazar sembako murah, bimbingan belajar dan mencari bantuan pengobatan bagi mereka yang membutuhkan.


Tempat Bimbel/perputakaan yang sangat sederhana





Ruang Belajar yang sederhana



Proses  Pembelajaran


Proses bimbingan belajar tetap ceria

Untuk pelayanan ini sangat membutuhkan dukungan dari semua pihak: untuk pelayanan perpustakaan ( Rumah Pintar) membutuhkan buku-buku. Bagi saudara/i tergerak membantu dapat menyalurkan ke HKBP Limo contak: Pdt. Statistik Siahaan:  085781692974, 08128190639
Untuk dukungan dana dan dikirim melalui BRI an. HKBP Limo No. 052301005338509 an. atau Statistik Siahan: No.  052301001693509 atau BCA No. 2671396083.
Terimakasih atas dukungannya

Senin, 28 September 2009

Pelayanan Sosial HKBP ke Jemaat & Masyarakat

Pelayanan HKBP Limo dalam aksi masyarakatnya senantiasa dilaksanakan. HKBP Limo berada di  Kelurahan Meruyung Kecamatan Limo. Masyarakat secara umum  tergolong miskin. Untuk itu lembaga HKBP yang ada di Limo  turut terpanggil melayani jemaat dan masyarakat. Pelayanan yang dilaksanakan berupa pengobatan gratis, bazar sembako murah, pelayanan pencarian dana pengobatan lanjutan bagi yang sakit saat dilaksanakan baksos, pemberian bantuan pendidikan bagi anak warga jemaat yang kurang  mampu tetapi berprestasi. Usaha pelayanan ini bagian kerjasama dengan Pertekes Distrik VIII Jawa Kalimantan, LCMS, Yayasan Sinar Kasih Anugerah, GKI Panglima Polim, dan banyak warga jemaat, serta HKBP sedistrik VIII Jawa Kalimantan sebagai mitra kerja. Tetapi tidak ketinggalan pula warga masyarakat dan tokoh masyarakat,  baik RT dan RW sekitar HKBP.




Kondisi  Warga Jemaat HKBP Limo banyak dalam kemiskinan. Kehidupan yang begitu berat menjadi persoalan khusus di wilayah Limo. Untuk itu sangat dibutuhkan pelayanan diakonia dan dukungan dari semua pihak.
Kondisi Lingkungan sekitar


Pelayanan Baksos Pengobatan Gratis bagi Jemaat dan
masyarakat sekitar




Pelayanan Bazar sembako murah


Warga masyarakat yang dapat kupon mengantri membeli
sembako yang disediakan





Pimpinan Jemaat HKBP Limo,Pdt.Statistik Siahaan &
RW (topi putih) sekitar HKBP Limo

Minggu, 27 September 2009

Pdt.Statistik Siahaan dan Istri Ria br Simanungkalit serta anak2 Jonathan&Jeremiah




Dimana Ada Orang Miskin Disitu ada Tuhan

*Pdt. Statistik Siahaan,STh
Pelayanan di HKBP Limo

Lembaga gereja
Gereja bukanlah gedungnya dan bukan pula menaranya, bukalah pintunya lihat di dalamnya gereja adalah orangnya. Ini syair lagu yang sering dinyanyikan anak sminggu. Lagu ini pula menekankan peran gereja bukan mega fisik gedung tetapi aktivitas pelayanannya. Kuria adalah kumpulan orang percaya yang melakukan aktivitas pada perubahan hidup rohani yang mengakibatkan fungsi sosialnya nyata. Untuk itu kini peran utama gereja telah bergeser dengan mengumpulkan membina orang hanya mengejar berdirinya bangunan fisik. Pada umumnya aktivitas pelayanan gereja sudah mengarah pada pembangunan fisik saja. Karena itu gedung gereja dibangun besar-besar -fasilitas mewah dan biaya perawatan lebih tinggi daripada dana pembinaan dan pelayanan sosialnya. Lembaga gereja tidak lagi membangun kesejahteraan sosial tetapi pembangunan fisik saja. Jemaat dan pelayanannya jatuh pada prilaku membangun kuburan cantik diluar tetapi busuk didalam. Gedung gereja yang besar tidak menjamin pelayanan berkualitas dan tidak menjamin orang yang dilayani mendapat damai sejahtera. Gedung yang besar menjadi tidak efektif karena dipakai sekali seminggu. Pelayanan mingguan di ruang lebih kecil dengan alasan pengiritan biaya ditambah dengan kakunya peraturan mengakibatkan gedung lebih kultus dari Tuhan Yesus Kristus itu sendiri. Orang lebih takut memakai gedung gereja untuk beragam aktivitas dibanding takut berbuat dosa dimanapun ia hadir dan beraktivitas. Ini fenomena atas hadirnya gedung besar tanpa tujuan yang jelas.

Gereja membawa kesejahteraan
Kondisi hidup yang berat saat ini menuntut tanggungjawab dari setiap orang berusaha lebih giat agar beroleh hidup yang lebih baik. Gereja sebagai lembaga juga terpanggil untuk menghadirkan perubahan kondisi hidup sosial yang kini terkena wabah kemiskinan. Untuk itu harus ada perubahan program gereja yang pada umumnya asumsi kebutuhan jemaat,akhirnya menghasilkan pelayanan yang statis dan tidak inovatif. Orang Kristen memiliki tanggungjawab untuk memerangi sistem dan orang yang menghadirkan kemiskinan dan kesengsaraan umat manusia. Untuk itulah Gereja harus aktif melihat kebutuham agar tidak salah program. Apa masalah jemaat dimasa sering tidak benar-benar di perhatikan sehingga tidak tepat program dan sasaran . Semua style itu harus diubah dan dimulai dengan lebih dahulu melakukan penelitian kebutuhan jemaat. Pada hakekatnya program lembaga gereja sampai saat ini cenderung ritual (kebiasaan) itu makanya harus diubah menjadi pelayanan yang berpihak pada jemaat yang mengarah pada kesejahteraan hidup warga baik psikis, sosial dan spiritualnya. Namun perubahan itu suatu yang sangat mustahil tanpa semangat reformasi. Lembaga gereja khususnya para pekerjanya perlu direformasi kearah yang lebih baik dengan mengikutkan sertakan warga jemaat menentukan program. Hal ini juga merupakan usaha benar-benar para pengerja gereja melibatkan warga jemaat melaksanakan program. Program gereja sering sekali hanya milik pengerja gereja, jemaat hanya pengikut menjadi obyek pelayanan. Jemaat sering diposisikan menjadi pendengar dan pesakitan akhirnya program tidak berjalan maksimal. Untuk itu suatu perubahan umumnya itu sulit didilakukan, suatu kebiasaan jika ada perubahan akan menghadapi penentangan yang berat bertitik tolak pada SDM dan dana.

Mengapa hadir pertentangan itu ? Karena lembaga gereja kurang melakukan penelitian akan kebutuhan mendasar dari jemaat sebelum menghadirkan program. Program dalam gereja tidak jauh dari apa yang telah di perbuat oleh pendahulunya dan majelis cenderung tidak mau berubah karena tidak mau direpoti. Program yang dilakukan intinya ibadah mingguan dan ibadah sektor atau wilayah. Gereja yang berkoinonia, bermarturia tidak akan lebih mengenal Tuhan jika tidak berdiakonia. Hal ini menjadi penting karena banyaknya orang berkoinonia kurang diarahkan untuk memiliki hati yang melayani orang miskin, papah, yang butuh pertolongan. Mereka bernyanyi bagus buat acara hebat namun orang miskin, orang bermasalah dalam jemaat tidak pernah mendapat perhatian yang serius. Akhirnya komentar orang ternyata saat tidak ada masalah bergaul sangat indah di gereja tetapi saat ada masalah selesaikan sendiri sepertinya tidak saling kenal. Jika ada kemiskinan, sakit dianggap kutukan dari Tuhan atas dosa yang diperbuat dan gereja sepertinya tidak mau bertanggungjawab serta tidak bersedia membawa perubahan agar timbulnya keberfungsian sosial. Gereja sepertinya mengkomando setiap orang agar menghindari orang tersebut bukan semakin dirangkul dan dikuatkan. Gereja mengangap bahwa pemerintahlah yang memiliki tugas untuk melakukan perubahan kesejahteraan itu. Gereja harus sadar bahwa dimana ada orang miskin disana ada Tuhan. Karena Tuhan peduli pada orang miskin. Tetapi gereja berusaha menjauhkan diri dari rasa peduli terhadap orang miskin. Karena gereja tidak memahami akan perintah Tuhan Yesus untuk peduli orang miskin (matius 25). Allah hadir didalam konteks orang yang tertindas dan disiksa oleh ketidakadilan dan ketidakbenaran.Gereja mencoba menjauhkan kasih karunia Allah bagi manusia dan orang miskin dengan menolak memberi perhatian terhadap mereka.

Kondisi Gereja masa kini
Gereja sampai kini bangga dengan ajaran dogmatisnya tentang Tuhan yang disorga tetapi kurang mengaktualisasikannya dalam pelayanan diakonia dan tidak menghadirkan Tuhan yang peduli dan dekat pada orang miskin serta yang membutuhkan. Ini pengalaman yang menyedihkan secara umum bagi proses perjalanan gereja . Tuhan yang transsenden itu sepertinya tak mau melihat situasi umat miskin, papah dan tertindas oleh ketidakadilan serta kebenaran. Ini yang dilakukan gereja sehingga ada banyak jiwa yang tidak menikmati kasih TuhanNya yang agung mulia.

Jika tugas untuk menghadirkan perubahan keberfungsian sosialnya untuk kesejahteraan diperhatikan semua lembaga gereja. Orang akan mengalami kebangkitan iman jika sentuhan pada kehidupannya juga diperhatikan. Untuk itu lembaga gereja harusnya sangat konsert pada kegiatan ini. Pelayan dan pengurus lembaga harusnya mensharingkan kepada seluruh jemaat yang menekankan subsidi silang. Jemaat pada saat ini telah menuntut pelayanan lebih banyak terarah kedalam jemaat dan lingkungannya. Untuk itu konsep penyaluran dana ke pusat harusnya diperhatikan ulang agar lebih terarah. Jika penyaluran dana ke pusat untuk pelayanan integral seperti diakoni, sekolah-perguruan tinggi itu, marturia dalam penginjilannya menjadi keharusan dari tiap jemaat. Namun pelayanan kegiatan kategorial tidaklah menjadi keharusan jika perlu hanya persentasi saja. Karena dana program pembinaan haruslah di lokal lebih banyak dengan demikian dana itu dapat meningkatkankan peran lembaga gereja dilokal bagi jemaat dan orang sekitarnya.

Gereja berpihak orang miskin
Hidup miskin bukan cita-cita tetapi dampak atau akibat kondisi ketidakadilan dan ketidakbenaran. Karena itu gereja tidak boleh menutup mata terhadap orang miskin. Gereja harus menjadi pelaku pertama dalam mengentaskan kemiskinan. Gereja yang berbasis spritual dan sosial harus peduli pada pelayanan sosial. program gereja baik dikota dan didesa harus menyentuh kehidupan jemaat secara menyeluruh mencapai kesejahteraan sosialnya. Untuk itu gerakan untuk pendidikan harus dilakukan oleh gereja. Ada banyak anak jemaat yang berhasil mengikuti pendidikan namun ada juga yang kurang beruntung. Gereja harus memberi solusi untuk itu. gereja mungkin tidak ada dana sebagai alasan klasiknya. Namun jika seksi pendidikan memang memiliki data dapat mencari lembaga pembantu atau donateur. Tetapi umumnya gereja tidak membuat data sehingga tidak ada yang dapat diketahui perkembangan dan kemundurannya. Demikian juga untuk peningkatan sdm jemaat tidak memberikan perhatian. Tetapi disaat salah satu jemaat sukses gereja memuji dan meminta perhatian terlebih uang untuk pesta gereja bukan untuk pelayanan sosial jemaat para donateur diajak berpartisipasi. Kemudian disaat terjadi keterpurukan atas orang sukses itu terjadilah banyak issu yang beredar termasuk gereja melegitimasi issu bahwa semua itu kutukan Tuhan. Semua ketidakadilan ini sepertinya dipelihara gereja dan jemaat. untuk itu gereja berpihak pada orang miskin harus menjadi motto pelayanannya. Dengan demikian kehadiran Tuhan atas seluruh kondisi hidup jemaat menjadi nyata. Disaat jemaat sakit gerejalah yang harus lebih besar memberi bantuan pengobatan bukan sekedar buah tangan terlebih bagi jemaat yang kurang mampu. Jika jemaat mengalami dukacita gereja memberi perhatian terbesar juga terlebih bagi yang kurang mampu. Gereja menopang usaha legal jemaat agar lebih mengembang dengan membina sdm jemaat dalam berusaha. Dengan kehadiran gereja yang nyata demikian maka nyatalah tuhan itu penuh kasih. Gereja hadir membawa kesejahteraan bagi umat. Gereja harus menjadi milik masyarakat. Itulah peran gereja dalam programnya. Dengan kata lain warga jemaat mampu berdialog dan berkomunikasi dengan masyarakat secara umum. Dialog gereja dengan masyarakat harus nyata agar hadir kedamaian dalam dunia ini. Di masyarakat kegiatan Kristen dicap untuk pengkritenan, ini memang stigma yang menakutkan dan benteng besar. Tetapi orang Kristen harus mengubah image itu dengan memahami PI yang lebih holistik. Pemberitaan Injil utamanya setiap orang merasakan kasih dan mengaku Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamatnya atas karya Roh Kudus. Suatu kemukjijatan itu terjadi atas Kuasa Tuhan sendiri bukan karya manusia. Umat Kristus mengemban Missi bagaimana Kasih itu dapat ditabur sehingga dapat dirasakan setiap orang. Karena programnya adalah umat Kristus peduli pada Keselamatan dunia. Missi itu memiliki target orang miskin, sakit, menderita atas ketidak adilan dan kebenaran mendapat hak dan kedamaian. Setiap umat Kristus yang mengemban missi itu sudah memberitakan Injil. Adapun masalah setiap yang merasakan kasih itu menerima Tuhan Jesus menjadi juruselamatnya itu pekerjaan Roh Kudus.

Penutup
Gereja yang holistik pelayanannya harus lebih membumi. Pada dasarnya aturan Gereja sudah menegaskannya. Namun lemahnya Sumber Daya Manusia dan Dana, akhirnya banyak program yang tidak dilaksanakan yang menyentuh jemaat dan masyarakat. Warga lebih banyak dibawa pada pengharapan yang pasif. Ibadah yang diarahkan gereja haruslah menuntun jemaat pada sikap mengisi perjalanan hidup dengan aktivitas yang membangun hidup kearah yang lebih baik tidak menyerah atau dibiarkan berjalan sendiri. Gereja harus mampu membuka mata,telinga,pikiran yang buta,lumpuh dan bebal. Dengan tujuan membangun inovasi agar tidak putus asa karena pengharapan masih dalam Tuhan Yesus Kristus. Namun untuk itu semua gereja harus memiliki SDM seperti pekerja sosial. Para tenaga pekerja sosiallah yang memiliki konsert pada program gereja mengaplikasikan di lapangan pelayanan. Karena konsep pelayanan bagi pekerja sosial berbuat dalam arti menghadirkan keberfungsian sosial. Tujuannya agar tercapai kesejahteraan hidup manusia yang sebenarnya.
*Penulis saat ini sedang mengikuti Magister Kesejahteraan Sosial di STISIP Widuri